Symbolic Code
Jilid 13 No. 9
Tanya Jawab
Perihal Bagaimana Memperingati
Penyucian Sabat
Bagian ke - 3
Apakah kalendar bulan ataukah siklus mingguan yang mengatur Sabat ?
Oleh : Victor T. Houteff
Perihal sebuah kalendar bulan (lunar calendar), janganlah kita melalaikan kenyataan bahwa Musa dan orang banyak yang dipimpinnya keluar dari Mesir, semua mereka itu lahir dan dibesarkan di Mesir; sehingga yang mereka tahu tidak ada satupun yang lain selain daripada kalendar penanggalan Mesir itu saja. Lalu apakah itu ? --- Sejarah memberikan jawabannya di dalam paragraf-paragraf berikut ini :
“Kita mengetahui dari penulis Yunani Censorinus bahwa hari yang pertama dari tahun kalendar penanggalan Mesir itu jatuh bersamaan dengan naiknya Sothis dalam tahun 139 A.D., maka ia tak dapat tiada sudah harus berbuat perkara yang sama 1460 tahun matahari (solar year) sebelumnya dan seterusnya, yaitu dalam tahun 1321 s.TM., 2781 s.TM., 4241 s.TM., 5701 s.TM. dan lain-lain….. Para ahli ilmu pengetahuan Mesir dengan demikian memperkenalkan kalendar penanggalan Mesir itu kepada tahun 4241 s.TM atau kepada tahun 2781 s.TM sesuai sebagaimana yang mereka yakini bahwa piramid-piramid itu berada lebih dulu atau kemudian daripada tahun yang kedua. Suatu tahun yang lebih tinggi lagi, misalnya tahun 5701 s.TM adalah hampir-hampir tidak lagi mungkin.
“…… Nominal dua belas bulan dari masing-masing 30 hari memberikan 360 hari, dan 5 hari yang hilang ditambahkan pada akhirnya dengan nama ‘hari-hari yang ditambahkan kepada tahun.’ Bulan-bulan itu dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yang masing-masingnya empat bulan. Empat bulan yang pertama itu membentuk musim penghujan, Empat bulan yang kedua membentuk musim winter atau masa menabur dan empat bulan yang ketiga membentuk musim panas atau musim menuai.” – Encyclopedia Britanica, edisi 1950, Jilid 4, halaman 576, 575. Permasalahan: Kalendar, -- Mesir.
Sementara sejarah menunjukkan bahwa bulan Mesir itu terdiri dari tiga puluh hari, Musa mengungkapkan di dalam tulisan-tulisannya bahwa bulan di zaman Nuh juga sama tiga puluh hari lamanya. (Baca Kejadian 7 : 11, dan 8 : 3, 4). Satu-satunya perubahan yang Tuhan buat pada kalendar penanggalan Mesir ialah : “Bulan ini (Abib) akan menjadi bagimu permulaan dari segala bulan : iaitu akan menjadi bulan yang pertama dari tahun bagimu.” Keluaran 12 : 1, 2.
Karena Musa dan orang banyak itu yang dihantarkannya keluar tidak mengenal adanya kalendar-kalendar lain, selain daripada hanya kalendar-kalendar dari Nuh dan Mesir, dan karena yang diperbaiki Allah hanyalah waktu dimana tahun itu akan dimulai, IA dengan demikian mengungkapkan bahwa selain daripada waktu dimana bulan baru akan dimulai, pengukuran waktu dari Mesir itu juga dimiliki mereka. IA bahkan menyetujui juga nama-nama Mesir bagi bulan-bulan itu sebagaimana terlihat dari kenyataan bahwa “bulan Abib” (nama dari Mesir bagi bulan itu), hari iaitu dimulai dan hari iaitu berakhir) telah dipilih menjadi bulan mereka yang pertama dari tahun (Keluaran 12 : 2; 13 : 4). Lagi pula, orang-orang Yahudi juga menggunakan di dalam kalendar mereka bulan-bulan dari Medo-Persia atau Babylon gantinya angka-angka bilangan dari bulan-bulan bangsa Iberani. Bulan Nisan dari Medo-Persia (Abib dari Mesir) telah diambil oleh orang-orang Yahudi bagi bulan pertama dari tahun mereka, Iyar bagi bulan yang kedua Sivan bagi bulan ketiga, dan seterusnya, empat daripadanya telah dicatat di dalam Alkitab. Keempatnya itu ialah, Abib (Keluaran 13 : 40, Zif (1 Raja-Raja 6 : 1), Ethanim (1 Raja-Raja 8 : 2), Bul (1 Raja-Raja 6 : 38). Orang-orang Yahudi tidak dapat menggunakan nama-nama bulan dari orang-orang Mesir dan Medo-Persia itu secara bergantian jika bulan-bulan itu tidak parallel sejalan dengan bulan-bulan Iberani. Lebih lanjut, kita telah juga melihat dari catatan sejarah bahwa minggu kepunyaan Mesir itu adalah sama dengan minggu Iberani. Karena demikian inilah, maka Tuhan tidak berbicara apa-apa perihal minggu ataupun bulan.
Lagi pula, kalendar yang digunakan oleh nabi-nabi baik di dalam Wasiat Lama maupun di dalam Wasiat Baru adalah bukan kalendar bulan (lunar kalendar), melainkan kalendar matahari (solar calendar). Sebagai contoh, di zaman Nuh 150 hari itu sama dengan lima bulan, 30 hari sama dengan sebulan, (Kejadian 7 : 11; 8 : 3, 4). Di dalam Daniel 7 : 25 dan 12 : 7, juga di dalam Wahyu 12 : 14, “satu masa, dua masa, dan setengah masa,” – tiga setengah tahun – telah diinterpretasikan di dalam Wahyu 12 : 6, dan Wahyu 13 : 5 menjadi 1260 hari, atau 42 bulan, tiga puluh hari untuk satu bulan. Oleh sebab itu, maka cara surga melakukan pengukuran waktu adalah bukan mengikuti bulan (lunar) melainkan mengikuti matahari (solar).
Sewaktu Allah mencipta bulan Ia telah menetapkannya untuk mengatur malam (Kejadian 1 : 14 – 18), bukan siang. Oleh sebab itu, bukan hanya bulan, melainkan keduanya matahari dan bulan secara bersama-sama telah IA tetapkan bagi tanda-tanda, dan bagi musim-musim, dan bagi hari-hari, dan tahun-tahun.” Kejadian 1 : 14.
Adalah di dalam 1 Samuel 20 : 5, pada zaman Raja Saul, bahwa Alkitab pertama sekali menyebut perihal perayaan hari-hari dari bulan baru, dan itu barangkali merupakan satu-satunya pernyataan dari Alkitab pada mana para pembuat teori mengenai waktu bulan lunar (lunar time teorists) telah mendasarkan iman mereka pada kalendar-kalendar bulan lunar.
Merayakan suatu hari dari bulan baru bukan membuktikan bahwa semua bulan dimulai dengan bulan baru. Lagi pula, jika mereka harus merayakan hari itu pada mana bulan itu dimulai, maka mengapakah tidak merayakan hari itu pada mana minggu dimulai, dan juga merayakan hari itu pada mana tahun dimulai ?
Sebagian orang mengambil 1 Samuel 20 : 27 sebagai bukti bahwa bulan-bulan itu dimulai masing-masingnya dengan bulan baru (new moon), tetapi apabila orang berhenti dan berpikir, ia akan menemukan bahwa jika bulan-bulan itu telah dimulai dengan perayaan hari-hari dari bulan baru, maka iaitu sudah tidak akan lagi perlu bagi Raja Saul untuk menunjukkan bahwa satu hari sesudah perayaan itu adalah hari kedua dari bulan; suatu pernyataan yang sedemikian itu sudah akan terlalu berlebihan jika perayaan itu secara bergantian disusul oleh hari kedua dari bulan. Oleh sebab itu maka gantinya Alkitab membuktikan bahwa bulan-bulan itu dimulai dengan suatu bulan baru (new moon), iaitu membuktikan mereka itu bukan memulai dengan bulan baru, melainkan bahwa iaitu telah jadi sedemikian itu, khusus dalam tahun itu bahwa hari sesudah perayaan itu ialah hari yang kedua dari bulan. Inilah yang benar-benar ditunjukkan oleh Alkitab dan tidak ada lagi yang lain.
Para komentator Alkitab pada umumnya berpegang bahwa pada sesuatu waktu sesudah orang-orang Iberani itu keluar dari Mesir mereka mulai mnggunakan waktu bulan (lunar time), tetapi tidak seorangpun tahu dengan tepat kapan dan oleh siapa iaitu telah diperintahkan. Sekiranya itu benar bahwa orang-orang Yahudi berpegang pada waktu bulan (lunar time). Tidak ada satupun tanda bahwa kita harus mengikuti teladan mereka yang tanpa dasar Alkitab itu, karena pendurhakaan mereka yang terus menerus telah membuat mereka melakukan banyak perkara yang tidak sepatutnya mereka perbuat.
Akhirnya, karena Musa dan para nabi yang hidup sesudahnya, semuanya diam terhadap permasalahan kalendar penanggalan bulan itu (a lunar calendar), maka mengapakah hendak kita menambahkan sendiri percikan api yang asing, rekayasa sendiri kepada terang milik Allah, untuk mendatangkan kutuk bagi diri kita sendiri ?
“Sesungguhnya terang dari orang jahat itu akan dipadamkan, dan percikan dari apinya tidak akan bercahaya.” Ayub 18 : 5. “Siapakah di antara kamu yang takut akan Tuhan, yang mematuhi suara dari hamba-Nya, yang berjalan dalam kegelapan, dan tidak memiliki terang apapun ? Hendaklah ia menaruh harap pada nama Tuhan, dan tetap bertahan pada Allahnya. Bahwasanya, semua kamu yang menyalahkan api, yang mengelilingi dirimu sendiri dengan percikan-percikan : berjalanlah dalam terang dari apimu, dan dalam percikan-percikan yang sudah kamu nyalakan. Inilah yang akan kamu peroleh dari tangan-Ku; engkau akan berbaring dalam susah.” Yesaya 50 : 10, 11.
Karena hanya inilah terang yang Alkitab pancarkan ke atas permasalahan itu, ke atas teori perihal kalendar bulan itu (the lunar calendar theory), maka iaitu tampaknya berdasarkan dugaan saja, dan sama sekali tidak berdasarkan Alkitab. Akibatnya “adalah baik agar hendaklah orang berharap dan secara diam-diam menunggu keselamatan dari Tuhan” (Nudub Jeremiah 3 : 26), tetapi bukan berlari mendahului-Nya. Dengan demikian dapatlah kita menghindari diri daripada menyampaikan api yang asing ke hadapan-Nya. Nadab dan Abihu tidak menghiraukan perintah Allah agar jangan mencampur-adukkan dengan peraturan-peraturan-Nya, “maka keluarlah api dari Tuhan, lalu menelan semua mereka itu ……” Immamat 10 : 1, 2. “Oleh sebab itu, janganlah kamu disesatkan oleh berbagai doktrin yang asing dan (tidak berdasarkan Alkitab).” Iberani 13 : 9.
Alihkanlah tanganmu dari tabut perjanjian milik Allah itu; tabut perjanjjian itu akan ditunjang oleh hanya DIA yang tahu bagaimana, kapan, dan oleh Siapa.
Dan kini sampailah kita pada satu lagi faham yang lain, kepada khayalan perihal,
S u a t u S a b a t
d a r i S e r i b u T a h u n !
Tidak ada lagi sesuatu teori Sabat yang lebih fantastik daripada yang kini sedang memenjarakan korban-korbannya dalam kepercayaan, bahwa Sabat itu adalah 1000 tahun lamanya, yang sedang menegakkan pernyataan-pernyataannya yang liar dan aneh itu berlandaskan pada assumsi yang tidak menarik, bahwa tujuh hari kejadian dunia yang lalu itu masing-masingnya adalah suatu masa periode 1000 tahun. Sekalipun teori itu tidak masuk akal, namun iaitu berlangsung terus menerus, padahal hanya sepintas saja melalui catatan kejadian dunia diperlukan untuk meyakinkan setiap pembaca yang jujur, bahwa hari-hari ciptaan bumi itu adalah 24 jam lamanya. Catatan : ”Maka sesudah malam dan pagi itulah hari yang pertama” (Kejadian 1 : 5), menghapuskan setiap kemungkinan yang lain selain daripada bahwa hari itu terdiri dari dua bagian – satu bagian gelap (malam), bagian yang lainnya terang (siang). Dan karena pernyataan yang sama, “malam dan pagi itu,” diulangi pada setiap hari kejadian berikutnya, maka olehnya itu Ilham menetapkan secara pasti bahwa setiap hari di dalam minggu kejadian itu adalah 24 jam lamanya – dua belas jam malam dan dua belas jam siang (Yahya 11 : 9).
Jika mereka para penghindar Sabat hari ketujuh itu percaya pada apa yang diajarkan oleh Alkitab, maka mengapakah tidak mereka bertanya pada dirinya sendiri, apa artinya “malam dan pagi” itu selain daripada suatu malam dan suatu siang -- 24 jam itu ? Beranikah mereka memberitahukan kepada kita bahwa malam dan siang itu masing-masingnya adalah 500 tahun lamanya ? Sekiranya demikian itu, maka bagaimanakah kehidupan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan dapat berkembang ataupun bertahan hidup 500 tahun lamanya pada sesuatu waktu tanpa sinar matahari dan panas, dan 500 tahun lamanya tanpa istirahat dari pada sinar terang dan panasnya matahari ? Lagi pula, sekiranya yang sedemikian itu benar di waktu itu, maka mengapakah yang sedemikian itu tidak tampak sekarang ? Siapakah yang telah menciptakan kembali waktu dan kondisi-kondisi ?
Karena teori ini seluruhnya bertentangan dengan Alkitab, maka Iblis perlu menempatkan palu ilmu pengetahuan bohong-bohongannya ke dalam tangan-tangan dari kelas tertentu orang-orang penghindar Sabat itu untuk membantu mereka memajukan kepalsuannya. Karena ia tahu betul bahwa semua penghindar Kebenaran lebih memilih menaruh harapannya lebih besar pada orang-orang terpelajar daripada pada ROH ALLAH, yaitu DIA yang diri-NYA sendiri hadir pada kejadian dunia yang lalu, dan yang oleh-NYA “orang-orang suci dari Allah berbicara sementara mereka itu digerakkan oleh Roh Suci.” – 2 Petrus 1 : 21.
Tetapi apakah para perancang teori Sabat seribu tahun itu sama sekali tidak bermohon kepada Alkitab untuk menunjang cara berpikir mereka ? Oh, ya, mereka juga memiliki ayat-ayat Alkitab, dan inilah dia :
“Tetapi, hai kekasihku, perkara yang satu ini jangan kamu lupakan, bahwa satu hari kepada Tuhan adalah sama seperti seribu tahun, dan suatu seribu tahun sama seperti sehari.” – 2 Petrus 3 : 8.
Mereka mengartikan perkataan firman ini sebagai bukti bahwa dimana Alkitab mengatakan sesuatu hari iaitu berarti seribu tahun, dan karena sebab itulah masing-masing dari tujuh hari kejadian itu adalah seribu tahun lamanya, dan pekerjaan yang lengkap dari kejadian dunia tujuh millennium lamanya ! Dan yang terakhir dari kejadian itu diperkirakan sudah akan merupakan millennium yang ketujuh, yaitu Sabat.
Apakah mereka bermaksud untuk mengatakan, bahwa Tuhan pernah 3000 tahun lamanya di dalam hati bumi, bukannya tiga hari dan tiga malam (Matius 12 : 40)? Ternyata sesuai dengan akal sehat mereka itulah apa yang harus mereka katakan.
Sekarang marilah kita pelajari perkataan firman ini untuk menentukan apa sebenarnya yang dikatakannya dan yang dimaksud. Perhatikanlah bahwa iaitu tidak mengatakan bahwa sehari sama dengan seribu tahun, melainkan bahwa satu hari adalah bagaikan seribu tahun, dan suatu seribu tahun adalah bagaikan satu hari.” Jelaslah, bahwa iaitu tidak mengatakan, juga tidak bermaksud, bahwa satu hari sama dengan seribu tahun lamanya – bahkan tidak lagi dikatakan ataupun dimaksud demikian itu, melainkan kebalikannya, seribu tahun adalah satu hari lamanya. Adalah bukan dikatakan ataupun dimaksud sedemikian itu, melainkan hanya untuk menggambarkan bahwa dengan Allah yang kekal seribu tahun itu adalah masa periode singkat yang bagaikan hanya sehari dengan kita manusia-manusia yang fana. Mengapakah telah digunakan gambaran ini ? Sebab para pengolok-olok akan bangkit dan mengatakan : “…….. Dimanakah janji tentang kedatangan-Nya ? karena semenjak dari para nenek moyang jatuh tertidur, semua perkara terus berlanjut sebagaimana biasanya dari mula pertama kejadian “(2 Petrus 3 : 4) dan masih tetap IA tidak datang. Untuk menghadapi alasan yang picik dari manusia-manusia fana pencinta bumi ini, maka Allah telah membuat pembanding-Nya dalam gambar illustrasi yang menjamin, bahwa semua janji-janji Allah itu kekal tidak berubah, pasti, tidak terbatas waktu. Pelajaran yang utama didapat dari gambar illustrasi itu adalah, bahwa dengan DIA waktu tidaklah berarti apa-apa bagi kita manusia-manusia fana yang bersifat mati, yang datang dan pergi “bagaikan sebuah bayangan yang lalu” (Mazmur 144 : 4) dan “bagaikan sebuah ceritera yang diceriterakan.” (Mazmur 90 : 9).
Demikianlah Ilham mengungkapkan bahwa para korban penghindar Sabat yang terus saja dalam kondisi gawatnya setelah kepada mereka diperlihatkan kebenaran perihal Sabat itu, mereka akan didapati tidak sehat atau tidak jujur, ataupun kedua-duanya.
Faktanya kini sepenuhnya terbukti bahwa Setan memiliki sesuatu untuk memenuhi selera dari setiap orang, yang tidak menggali sendiri sedalam-dalamnya ke dalam sumur-sumur keselamatan. Mereka itulah yang makin melakukan kejahatan dan yang tidak mau percaya tepat sesuai apa yang diajarkan oleh Alkitab.
*****
|